Serangan Bunuh Diri Guncang Pakistan
10 Juni 2009Polisi Pakistan Rabu ini (10/06) menarik keluar mayat-mayat dari reruntuhan gosong sebuah hotel mewah di barat laut Peshawar. Pencarian korban tewas dilakukan dari satu kamar ke kamar berikutnya.
Hotel bintang lima itu sebagian besar runtuh dan terbakar ketika Selasa malam (09/06) dua penyerang menembak penjaga keamanan lalu menghantamkan sebuah truk bermuatan bahan peledak ke bangunan hotel.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab. Namun Menteri Informasi Provinsi North West Frontier, Mian Iftikhar Hussain mengatakan, ledakan itu adalah reaksi terhadap serangan militer di Swat dan Malakand.
Selain itu, belakangan ada tren baru dalam taktik serangan militan yang menggunakan pria bersenjata untuk memuluskan jalan bagi kendaraan yang akan diledakkan. Kemungkinan terjadinya lagi serangan teror jenis ini, tak bisa dikesampingkan, kata Hussain.
Hotel Pearl Continental banyak menerima tamu penting dan warga asing yang mengunjungi ibukota Provinsi North West Frontier, Peshawar. Hotel itu bisa dibilang terletak di zona aman. Lokasinya berdekatan dengan gedung-gedung penting militer, Kementrian Kehakiman dan pemerintah provinsi.
Mantan diplomat Pakistan Akbar Ahmed yang mengenal baik hotel itu berkomentar, “Bahwa hotel ini diserang itu menunjukkan, Taliban bisa menyerang dimanapun dan kapanpun. Pemerintah harus menyadari kenyataan bahwa Pakistan telah menjadi medan pertempuran.“
Hashwani, pemilik hotel mewah tersebut, menimpakan kesalahan pada pemerintah. Ia menuduh gedung pemerintahan daerah mendapat penjagaan lebih baik daripada hotelnya.
Hashwani mengatakan pada GEO TV, pemerintah perlu memikirkan secara serius, pihak mana yang harus diberi jaminan keamanan, gedung pemerintah daerah ataukah orang asing. Separuh dari penghuni hotel adalah warga asing, tambahnya.
Pejabat tinggi Provinsi North West Frontier Bashir Ahmad menolak tuduhan bahwa pemerintahlah yang bersalah. Ia menunjuk pada rekaman video pemantai menunjukkan, pengelola hotel memindahkan sejumlah penghalang yang sebetulnya dipasang untuk keamanan.
Korban tewas sejauh ini tercatat 18 orang dan dikuatirkan akan bertambah. Seorang polisi di tempat kejadian mengatakan diduga masih ada beberapa korban terperangkap di bawah reruntuhan. Sebanyak 57 orang lainnya luka-luka, termasuk sejumlah warga asing yang dilarikan ke ibukota Islamabad untuk perawatan.
Sejumlah pekerja PBB ikut menjadi korban. Aleksandar Vorkapic, pria Serbia yang bekerja untuk Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi, UNHCR, dan Perseveranda So, perempuan Filipina pegawai UNICEF, termasuk diantara korban tewas.
Serangan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan yang baginya Perseveranda mengabdikan diri, adalah hal yang sungguh tercela dan tidak bisa diterima, kata Direktur Eksekutif UNICEF Ann Veneman dalam pernyataan tertulis. Perseveranda So bekerja untuk UNICEF sejak tahun 1994 dan mengepalai bagian pendidikan di Pakistan hingga ajalnya tiba.
Antonio Guterres yang mengepalai UNHCR mengatakan, Aleksandar Vorkapic, ayah dari tiga anak, mengajukan diri untuk dikirim ke Pakistan bulan lalu guna membantu warga sipil yang mengungsi akibat pertempuran antara militer dan militan di barat laut negara itu. Ini adalah misi daruratnya yang pertama.
Para pekerja kemanusiaan di seluruh dunia ikut menjadi korban meningkatnya serangan, kata Guterres. Dan orang-orang miskin, yang kehilangan tempat tinggal dan kondisinya ringkih lah yang paling menderita karena kehilangan mereka.
RP/HP/afp/ap/rtr