1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Taliban di Afghanistan Semakin Gencar

16 Juli 2008

Taliban digulingkan tahun 2001, tetapi pengaruhnya di Afghanistan -kalaupun pernah- hanya menghilang sebentar saja. Kini gelombang kekerasan yang baru, mengancam Afghanistan.

https://p.dw.com/p/EdSo
Presiden Afghanistan Hamid Karzai saat melancarkan ancaman akan melakukan serangan balasan ke wilayah Pakistan.Foto: AP

Hampir setiap minggu bendera pasukan pelindung internasional ISAF di Afghanistan berkibar setengah tiang. Akhir pekan lalu misalnya, serangan Taliban di Provinsi Kunar menewaskan sembilan tentara asing. Itu merupakan kerugian terberat di pihak ISAF dalam pertempuran dengan para pemberontak.

Perkembangan serupa ini tidak mengherankan, kata Komandan ISAF David McKiernan awal Juli lalu kepada studio gabungan pemancar radio Jerman ARD di Asia Selatan:

"Masih butuh waktu sangat lama untuk bisa menang. Di sejumlah wilayah Afghanistan terjadi lebih banyak kekerasan dari tahun lalu. Dan tahun lalu pun sudah jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya."

Sejak bulan Januari jumlah korban tewas di Afghanistan sudah melebihi 2000 orang. Dan menurut keterangan PBB lebih dari 800 di antaranya adalah warga sipil.

Jendral McKiernan beranggapan, penyebabnya adalah kondisi keamanan di Pakistan. Sejumlah wilayah negara itu merupakan tempat persembunyian Taliban dan Al Qaida. Disana mereka merencanakan aksi-aksi di Afghanistan, dan kembali lagi setelah melakukan serangan. ISAF tidak punya akses ke tempat itu.

Kalangan ISAF menguatirkan, pemerintah Pakistan justru mengutamakan kesepakatan politik dengan kelompok militan itu daripada memerangi mereka.

Pemerintah Afghanistan bahkan menduga lebih jauh lagi. Dalam resolusi dewan menteri disimpulkan bahwa militer dan dinas rahasia Pakistan ISI mengekspor terorisme ke Afghanistan.

Pendapat itu didukung oleh India, mengingat pekan lalu hampir 60 orang tewas dalam serangan bunuh diri di depan kedutaan besar India di Kabul. Penasehat keamanan nasional India, M.K. Narayanan mengemukakan:

"Tidak perlu diragukan, serangan itu didalangi oleh ISI. Dinas rahasia Pakistan itu berniat buruk. Guna mengalihkan perhatian dari masalah-masalah intern Pakistan, mereka semakin keterlaluan."

Setelah terjadinya serbuan Taliban ke penjara di Kandahar bulan Juni lalu, presiden Afghanistan Hamid Karzai sudah mengancam akan melakukan serangan ke Pakistan.

"Afghanistan berhak membela diri. Bila pejuang dari Pakistan datang ke sini membunuh warga Afghanistan dan tentara asing, maka kami berhak pula untuk berbuat yang sama di sana."

Mengingat masih lemahnya militer Afghanistan, memang mustahil Presiden Karzai akan mewujudkan ancamannya. Tuduhan terhadap Pakistan rupanya merupakan kalkulasi menjelang kampanye pemilu mendatang.

Tetapi kementrian pertahanan AS memperkirakan, serangan-serangan Taliban akan terus meningkat sampai akhir tahun ini. Oleh sebab itu para jendral ISAF sudah mengisyaratkan bahwa mereka memerlukan pasukan tambahan bagi Afghanistan. Seperti dikemukakan Hans-Lothar Domröse, pimpinan staf ISAF di Kabul:

"Kalau saya mau ditempatkan di wilayah yang rentan, nah saya harus punya pasukan."

Jendral Domröse tidak bersedia memastikan jumlahnya, tetapi sering disebut-sebut tambahan sampai 10.000 tentara. Sekarang ini sudah ada sekitar 53.000 petugas yang ditempatkan dalam kerangka ISAF, ditambah dengan 13.000 anggota pasukan koalisi AS. (dgl)