1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Tahun 2025: Industri Otomotif Jerman Dipaksa Berbenah

Dirk Kaufmann
30 Desember 2024

Perekonomian Jerman skeptis menyambut tahun 2025, terutama soal rencana penutupan pabrik dan PHK massal di sektor otomotif. Mampukah Jerman bersaing di pasar mobil elektrik global yang kian didominasi Cina?

https://p.dw.com/p/4ogoI
Kendaraan elektrik Volkswagen
Kendaraan elektrik VolkswagenFoto: Ronny Hartmann/AFP/Getty Images

Awan mendung menggelayuti perekonomian Jerman jelang pergantian tahun. Kelesuan itu ditandai banyak hal, yang paling mencolok adalah ketika raksasa otomotif Volkswagen, VW, merencanakan penutupan pabrik dan pemecatan massal demi menghemat uang. Rencana yang ramai ditentang serikat buruh itu, akan merupakan penutupan pabrik pertama dalam sejarah perusahaan.

Guncangan di VW memicu gelombang pemecatan dan penghematan di sepanjang rantai suplai industri otomotif di Jerman. Penyebabnya, menurut Stefan Bratzel, pengamat dari Center of Automotive Management, CAM, adalah "komibinasi dari berbagai masalah, sebuah multikrisis buatan Jerman."

Menurutnya, industri otomotif di Jerman "harus mendalami kompetensi baru yang disyaratkan dalam transformasi, mulai dari mobilitas elektrik, peranti lunak, hingga teknologi kendaraan otonom. " Selain itu, kata dia kepada DW, dunia memasuki "bidang persaingan baru, yang tidak cuma dikuasai Tesla atau pabrikan Cina."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Seorang juru bicara Asosiasi Industri Otomotif, VDA, juga melempar tanggung jawab kepada partai politik. "Subsidi untuk pembelian mobil listrik yang habis masa berlakunya pada Desember 2023 dan infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai turut mengurangi angka penjualan saat ini."

Adapun pakar otomotif Ferdinand Dudenhöffer dari Car Institute mengkritik tipe "politisi yang ingin memiliki mobil listrik suatu hari nanti, tapi mereka justru membela kendaraan berbahan bakar fossil  yang membuat masyarakat ragu."

Melewatkan momentum global

Namun begitu, krisis di industri otomotif diyakini merupakan hasil kelalaian sendiri, karena lama menganggap remeh tren mobilitas elektrik di dunia.

Frank Schwope, dosen manajemen otomotif di Sekolah Tinggi Bisnis dan Usaha Menengah, FHM, melihat adanya "kesalahan manajemen serius yang dilakukan oleh satu atau pabrikan lain”. Menurutnya, para direktur dan jajaran direksi perusahaan justru menutup mata dan "berharap semuanya akan berjalan dengan baik.”

Volkswagen in crisis: Why is the German carmaker struggling?

Namun hasilnya, kata Stefan Bratzel, Jerman justru tertinggal jauh dalam kompetisi internasional. Dalih yang diajukan termasuk "upah tenaga kerja yang tinggi, dan mencakup biaya pengobatan yang tinggi dan banyak hari libur. Selama Anda berkinerja lebih baik dan lebih inovatif dibandingkan yang lain, ongkos produksi yang mahal masih bisa diterima."

Otomotif Jerman minim inovasi

Pasalnya, Jerman masih banyak menggantungkan ekonomi pada pasar mobil bensin, karena mampu memproduksi suku cadang dan komponen terbaik di dunia. Menurut Düdenhofer, Volkswagen, Mercedes atau BMW "memahami teknologi mobil saat ini dengan sangat baik. Tapi untuk mobil masa depan, perusahaan teknologi lah yang terdepan.

Hal serupa diungkapkan Dirk Dohse dari Kiel Institute for the World Economy, IfW. Menurutnya benar bahwa "Pengembang dan insinyur Jerman masih termasuk dalam kelompok top dunia. Masalahnya adalah kurangnya fleksibilitas, terutama dalam manajemen, untuk menarik kelompok pelanggan baru, seperti generasi muda pencinta teknologi di Asia." 

Faktanya adalah, masa depan transportasi mobil memang terletak di Cina. Ekonom IfW, Dohse, menilai "pasar mobil listrik di Cina adalah yang terbesar di dunia dan paling dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa Cina akan terus tumbuh ke depan.”

Saat ini, prospek bisnis bagi VW, BMW, Mercedes dan Porsche dinilai kurang bagus. Besarnya pasar domestik di Cina saja sudah menjamin kekuatan ekonomi yang sangat besar. Repotnya lagi, Cina tidak sendirian, kata Stefan Bratzel.

"Dalam jangka menengah, pemain yang lebih kuat akan muncul di India – mengikuti model Cina. Awalnya, banyak pabrikan Cina dan Korea yang akan pindah ke India – mungkin dalam bentuk usaha patungan.”

Harapan pada baterai padat

Namun, Frank Schwope melihat secercah harapan dalam pengembangan baterai, yang masih berada dalam tahap awal. Dia mengatakan kepada DW: "Baterai untuk elektromobilitas masih jauh dari sempurna. Lompatan besar masih mungkin terjadi di sini. Selain itu, kemungkinan akan ada lompatan menuju baterai solid-state pada akhir dekade ini, yang kemungkinan dapat mengubah situasi."

Di tahun mendatang, industri otomotif Jerman harus mengejar ketertinggalan. Menurut pakar CAM Bratzel, ini bukan hanya tentang memperbaiki kondisi kerangka kerja, tetapi juga tentang keberanian dan imajinasi. Hal ini diperlukan "bahwa di Jerman kita harus menjadi lebih inovatif, untuk membenarkan biaya yang lebih mahal." 

Teknologi Robotika bagi Industri Otomotif

Untuk memperjelas apa yang mungkin terjadi, juru bicara asosiasi industri otomotif mengutip studi Prognos yang dilakukan oleh VDA. Hal ini menunjukkan "bahwa perubahan menuju mobilitas listrik akan menyebabkan hilangnya pekerjaan."

Jika tren saat ini terus berlanjut, lapangan kerja di industri otomotif di Jerman pada tahun 2035 akan berkurang 186.000 dibandingkan tahun 2019. "46.000 pekerjaan telah hilang antara tahun 2019 dan 2023, dan sekitar 140.000 lainnya diperkirakan akan hilang pada tahun 2035.”

Oleh karena itu, juru bicara asosiasi tersebut menyerukan kepada para politisi untuk bertindak cepat: "Kita memerlukan lebih sedikit birokrasi, lebih banyak perjanjian perdagangan, sistem pajak dan bea yang kompetitif, serta prosedur persetujuan yang lebih sederhana dan lebih cepat."

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman.