1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Jalan Terbaik bagi Solusi Konflik Atom Korea Utara adalah Perundingan

25 Mei 2009

Korea Utara kembali mengguncang dunia, hari Senin (25/05), dengan uji coba senjata nuklir. Haruskah dunia membiasakan diri dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir? Komentar jurnalis DW Matthias von Hein.

https://p.dw.com/p/HxJG
Jurnalis DW Matthias von Hein
Jurnalis DW Matthias von HeinFoto: DW

Pemerintah di Pyongyang melancarkan haluan konfrontasi amat keras. Dimulai dengan uji coba peluru kendali jarak jauh awal April lalu, yang berkedok peluncuran satelit. Ketika Dewan Keamanan PBB bereaksi mengritiknya, Pyongyang menjawabnya dengan gelombang ancaman. Waktu itu dikatakan, Korea Utara tidak akan pernah melepaskan senjata atomnya. Sekarang Pyongyang membuktikan, betapa seriusnya pernyataan itu, dan betapa tidak pedulinya Korea Utara terhadap pendapat dunia. Bahkan Cina, satu-satunya negara sekutu Korea Utara, seolah-olah dilecehkan oleh pemerintah di Pyongyang.

Jika keterangan ilmuwan Rusia benar, kekuatan bom atom yang baru saja diujicoba itu kurang lebih sama dengan daya ledak bom atom Hiroshima. Artinya, senjata nuklir ini jauh lebih kuat dari bom atom yang diujicoba Oktober 2006, yang diduga masih mengalami masalah teknis.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-il memperkuat posisinya dengan uji coba senjata atom itu. Dalam waktu terakhir ini, terdapat kabar burung bahwa Kim yang dijuluki "Pemimpin Tercinta“ itu mengalami masalah kesehatan. Kim dengan memanfaatkan simpati militer, dengan caranya sendiri menjelaskan tema mengenai calon penerusnya. Salah seorang putranya akan melanjutkan dinasti pimpinan komunis di Korea Utara.

Melalui uji coba senjata atomnya, Kim ibaratnya menjerumuskan negaranya yang hancur ekonominya itu, menjadi sasaran pemboman dalam agenda masyarakat internasional. Dewan Keamanan PBB akan kembali bersidang. Reaksi dari New York juga tidak kalah kerasnya. Untuk itu sekutu Pyongyang, yaitu Beijing, merasa khawatir. Karena Cina ingin melanjutkan pembicaraan enam negara mengenai program atom Korea Utara. Republik Rakyat Cina ingin agar Korea Utara tetap stabil, juga sebagai negara perisai menghadapi keberadaan militer AS di Korea Selatan. Tidak mungkin Cina menghendaki runtuhnya rezim di Pyongyang, dengan dampak gelombang pengungsi tidak terkendali serta kehadiran tentara AS di perbatasannya.

Muncul pertanyaan, apa hasil dari perundingan bertahun-tahun mengenai program atom itu? Sebab pada akhirnya, hal itu memberikan waktu kepada Korea Utara untuk membangun persenjataan atomnya. Meski dilakukan perundingan, Korea Utara menjalin kerja sama program atom dengan Suriah dan Iran. Cukup lama terdapat harapan, bahwa Korea Utara menggunakan senjata atomnya terutama sebagai alat perundingan dan akan menghentikan program senjata atomnya untuk mencapai kompromi. Tapi para jenderal Korea Utara ternyata tidak mau melepaskan mainan kesayangan mereka dari tangannya. Walaupun demikian, tidak ada alternatif lain selain perundingan.

Suka atau tidak, senjata atom di tangan Korea Utara tidak akan dapat dengan mudah direbut. Kini, harus dicegah kemungkinan Pyongyang untuk menyebarkan senjata atomnya. Awal April lalu, Presiden AS Barack Obama di Praha berbicara mengenai dunia tanpa senjata atom. Di Korea Utara, gagasan ini mengalami pukulan telak. (ls/as)

Matthias von Hein