1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taliban Akui Ledakan Pabrik Senjata Pakistan

22 Agustus 2008

Di Pakistan, dua ledakan di pabrik senjata di utara Islamabad menewaskan sedikitnya 57 orang. Sekitar 70 orang cedera. Pelakunya tewas dalam serangan yang berlangsung pada pertukaran giliran kerja.

https://p.dw.com/p/F2c0
Aksi teror marak di Pakistan. Juga dua hari lalu sebuah Rumas Sakit Dera Ismail Khan hancur dibom.Foto: AP

Teror tampaknya mencekam Pakistan, tiga hari setelah mundurnya mantan presiden Pervez Musharraf. Dua pelaku bom bunuh diri meledakan sebuah pabrik senjara yang berlokasi 30 km dari ibukota Islamabad.

Seorang pejalan kaki yang berada tak jauh dari lokasi menceritakan apa yang dilihatnya: “setelah saya menaruh sepeda, langsung terlihat banyak korban fimna-mana. Banyak yang kami masukan kedalam kendaraan untuk dibawa ke rumah sakit. Seluruh tempat ini penuh darah, begitu mengerikan sekali pemandangannya.“

Target yang diserang kelompok teroris ini sekali lagi sebuah instansi militer. Tampaknya karena mereka gagal untuk menyusup masuk ke dalam pabrik itu, maka mereka meledakan dirinya di luar pagar pabrik. Persis di tempat yang banyak orang berkumpul.

“Waktu itu kira-kira pukul 14.30 dan saya sedang duduk di hotel yang tak jauh dari sini. Tiba-tiba terdengar ledkan, dan semua berlarian keluar, puing-puing bangunan beterbangan dimana-mana, terdengar teriakan dan tangisan dan tempat ini penuh dengan orang yang berlari tana arah tertentu.”

Cabang Taliban Pakistan dengan sigap mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Persis seperti dua hari sebelumnya, ketika seorang pelaku bom bunuh diri meledakan ruangan pertolongan darurat sebuah rumah sakit. Kinipun Taliban menyerukan ancaman: serangan mematikan akan lebih sering terjadi, apabila pasukan pemerintah tidak berhenti menyerang masuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok-kelompok kesukuan.

Sejak beberapa minggu berlangsung pertempuran hebat antara tentara Pakistan dan kelompok radikal di kawasan Barat Daya. Ratusan orang tewas, ribuan orang melarikan diri dari sana. Namun sampai kini, sulit diketahui secara pasti siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas serangan-serangan ini.

Menurut pakar politik Ejaz Haider: “Mungkin saja, bahwa dalang dibalik serangan ini justru berada di kawasan pegunungan yang dikuasai suku Waziristan, dan mereka merekrut orang dari kawasan-kawasan yang padat penduduk. Hal seperti itu akan membuat pasukan keamanan kesulitan untuk membongkar jaringannya.”

Yang jelas: mundurnya Presiden Musharaf tidak berarti bahwa Pakistan memasuki tahapan yang lebih tenang. Pemerintahan koalisi justru ketiban pekerjaan lebih besar. Taliban sudah mulai menyerang instansi militer sejak tahun lalu. Ketika pemerintah memulai negosiasinya dengan para pemimpin suku, suasana mulai tampak tenang. Namun kaum radikal juga menggunakan jeda waktu ini untuk membentuk sel-sel baru dan menyusup lebih dekat ke kota besar. Militer Pakistan juga tidak tinggal diam dan kekerasan kini kembali berkobar lagi. Hal ini juga berdampak pada hubungan Pakistan dengan Afghanistan, karena kedua negara ini saling menuduh bahwa tetangganya tak mampu mengontrol kawasan perbatasan, dimana kelompok-kelompok radikal masih bercokol.(ek)