Taliban Gagal. Afghanistan setelah Pemilu
21 Agustus 2009Demokrasi di Afghanistan masih muda. Tetapi bagi banyak orang di ibukota Kabul kepercayaan pada demokrasi sudah tidak dapat digoyahkan lagi. Seorang pria muda berkata, "Jika orang memberikan suara, mereka dapat memilih pemerintah yang paling baik dan menjadikan Afghanistan negara paling baik di dunia."
Itu hanya kewajibannya saja sebagai warga negara dan muslim untuk memberikan suara dalam pemilu. Sudah jelas, banyak orang berharap mereka tidak sia-sia memberikan suara dalam pemilu, dan pada akhirnya sebuah kesuksesan demokrasi akan tercapai. Bagi Presiden Hamid Karzai itu sekarangpun sudah terjadi. Karzai berkata dengan bangga, "Orang-orang di Afghanistan tidak takut terhadap bom, roket dan intimidasi. Mereka tetap meninggalkan rumah dan memberikan suara. Kita akan dapat melihat berapa jumlah rakyat yang memilih, tetapi mereka telah memilih. Luar biasa!"
Realita Mengerikan
Memilih walaupun bahaya mengancam. Itulah realita yang mengerikan bagi banyak orang di Afghanistan Kamis 20 Agustus lalu. Menurut keterangan pemerintah, 50 orang tewas dalam serangan dan pertempuran di seluruh negara, separuh dari mereka pemberontak. Juga di daerah tempat tentara Jerman ditempatkan, di Afghanistan utara, terjadi insiden yang mengkhawatirkan. Sejumlah roket ditembakkan ke kota Kundus. Dalam pertempuran besar di Baghlan lebih dari 20 teroris tewas, demikian keterangan polisi.
Di ibukota Kabul jumlah polisi yang dikerahkan sangat besar, sehingga hampir setiap 100m ada pemeriksaan kendaraan. Nyatanya, orang-orang yang militan juga merencanakan serangan mengerikan di Kabul, tetapi sebagian besar berhasil digagalkan polisi. Pemimpin dinas rahasia, Amarullah Sale mengatakan, jumlah polisi yang luka-luka hanya dua, sementara enam pelaku serangan bunuh diri berhasil disingkirkan.
Taliban Berhasil?
Walaupun pemimpin dinas rahasia itu memberikan banyak pujian, banyak pengamat mempertanyakan, apakah perasaan takut yang berusaha disebarkan Taliban beberapa hari sebelum pemilu berhasil ditanamkan, sehingga banyak orang memutuskan untuk tidak meninggalkan rumah karena risikonya terlalu besar.
Namun seorang pria yang tidak memberikan suara mengatakan semua kekuatiran itu tidak berpengaruh pada dirinya. Menurutnya, memberikan suara hanya baik untuk orang-orang kaya dan memiliki bisnis. Bagi orang miskin tidak akan ada perubahan.
Dulu Lebih Banyak Yang Hadir
Apapun alasannya, banyak pengamat yakin, bahwa dalam pemilu 2004 lalu, di Kabul dan di provinsi-provinsi lain orang yang mengantri untuk memberikan suara lebih banyak. Dalam pemilu Kamis lalu, komisi pemilu memberikan waktu tambahan satu jam bagi warga untuk memberikan suaranya.
95% dari semua TPS di seluruh Afghanistan bisa dibuka, demikian dikatakan pejabat pemerintah. Pertanyaannya adalah, berapa jumlah orang yang akan datang. Dari jumlah keikutsertaan rakyat kemungkinan dapat dilihat apakah pemilu presiden kedua di Afghanistan bisa dianggap sebagai kesuksesan oleh rakyatnya.
Kai Küstner / Marjory Linardy
Editor: Asril Ridwan