Taliban Kembali ke Posisinya di Utara Afghanistan
3 Agustus 2009Ofensif militer besar-besaran yang melibatkan 300 serdadu Jerman dan 900 serdadu Afghanistan menggempur kelompok radikal Taliban di utara Afghanistan kelihatannya mengalami kegagalan. Serangan militer itu telah diakhiri pekan lalu. Taliban sekarang ini dilaporkan sudah kembali lagi ke kawasan konflik di provinsi Kunduz. Gubernur provinsi Kunduz, pada pekan lalu melaporkan dengan bangga lewat radio Jerman ARD, bahwa operasi militer itu sukses. Namun Abdul Wahid Omarkehi pimpinan pemerintah lokal di sistrik Char Darah yang merupakan kawasan yang sebelumnya dikuasai Taliban, kini menyampaikan berita yang mengkawatirkan : “Ketika operasi dimulai, pimpinan Taliban melarikan diri ke provinsi tetangga serta kawasan lainnya. Yang lain menyembunyikan senjatanya dan membaur dengan penduduk setempat. Sekarang, mereka yang menyembunyikan senjatanya kembali mengambilnya. Yang melarikan diri ke provinsi tetangga, setelah berakhirnya operasi kini balik kembali.“
Distrik Char Darah kini kembali menjadi salah satu kawasan paling bergolak dan berbahaya di provinsi Kunduz. Di kawasan itu berulangkali patroli militer Jerman disergap dan serdadu Jerman ditewaskan. Kelihatannya kelompok Taliban di utara Afghanistan melancarkan taktik serupa dengan rekannya di bagian selatan yang terus ditekan serdadu AS. Kelompok Taliban menyembunyikan diri jika musuh mendekat, dan tampil lagi jika musuh menjauh. Setelah itu aksi intimidasi terhadap rakyat juga dilanjutkan. Operasi militer besar-besaran seperti yang dilancarkan serdadu Jerman memang bukannya tidak ada gunanya.
Pimpinan pemerintah lokal di Char Darah Abdul Wahid Omarkehi mengatakan lebih lanjut : “Jika tentara hadir dan operasi semacam itu dilancarkan, hal tsb memaksa Taliban untuk berpencar. Sampai mereka balik kembali dan kuat seperti sebelumnya, diperlukan waktu antara 20 hari sampai sebulan. Karena itu saya meyakini, amatlah bagus dilancarkan operasi semacam itu. Jika di Char Darah menjelang pemilu presiden kembali dilancarkan tekanan terhadap kelompok ekstrimis, pemilu bisa dilaksanakan di distrik ini.“
Memang itulah sasaran operasi militer tsb. Membuat provinsi Kunduz aman untuk pelaksanaan pemilu presiden tanggal 20 Agustus mendatang. Karena itu juga, pasukan pelindung Afghanistan-ISAF melakukan aksinya di seluruh Afghanistan, untuk memungkinkan berlangsungnya proses pemilu yang bebas kekerasan. Tidak mengherankan jika komandan ISAF, Stanley McChrystal mendesak serdadu Jerman, untuk lebih gencar melancarkan aksi semacam itu di Kunduz. Juga pemerintah di Kabul dalam waktu bersamaan terus berusaha mendekati kelompok Taliban yang relatif moderat, untuk membujuk mereka agar melakukan gencatan senjata di saat pemilu presiden. Senada dengan itu, sekjen baru NATO Anders Fogh Rasmussen selain mengerahkan kekuatan militer juga hendak menjalin dialog dengan kelompok moderat Taliban.
Menanggapi hal itu, anggota parlemen Afghanistan Daoud Sultanzoy mengatakan, dialog sebanyak mungkin harus dilakukan oleh pemerintah Afghanistan agar dapat sukses. “Menurut saya perundingan dengan Taliban hanya dapat dimungkinkan, jika kita berbicara dengan mereka dalam posisi sebagai penguasa dan kekuatan moral, dan hal itu harus dilakukan oleh pemerintah Afghanistan yang memiliki kapabilitas kekuasaan semacam itu,“ ujar Daoud Sultanzoy lebih lanjut.
Para pengamat politik Afghanistan juga memperingatkan, posisi Taliban saat ini masih cukup kuat. Juga semakin dekat jadwal pemilu, kelompok radikal itu diduga akan semakin sering melancarkan serangan hebat. Itulah sebabnya komandan militer pasukan internasional memerintahkan pasukannya siaga penuh, termasuk pasukan Jerman di utara Afghanistan.
Agus Setiawan/Kai Küstner
Editor : Dewi Gunawan