Terpilihnya Gilani - Awal Demokrasi Baru di Pakistan
26 Maret 2008Partai Rakyat Pakistan dari Benazir Bhutto yang tewas terbunuh dan Liga Muslim dari Nawaz Sharif, yang pada tahun 90-an, masih merupakan musuh bebuyutan, menyepakati dibentuknya pemerintahan koalisi besar. Juga di semua provinsi koalisinya memegang pemerintahan dan di parlemen nasional memiliki dua pertiga suara mayoritas.
Nawaz Sharif dan Asif Sardari, duda Benazir Bhutto secara bersama menampilkan sikap harmonis dan keunggulan. Ini untuk pertama kalinya di Pakistan, bagaimana mengakui dasar konsensus dengan mengenyampingkan kepentingan sendiri dari para politisinya. Kasus terbunuhnya Benazir Bhutto, mendorong pimpinan partai untuk kembali menandaskan kebersamaan dan tanggung jawabnya bagi demokrasi. Ketika para pengamat meramalkan pertarungan kekuasaan antara pemerintah baru dengan presiden, dalam kenyataannya telah sejak lama dapat diduga siapa pemenangnya.
Di pekan belakangan Presiden Musharraf semakin terpojok secara politis. Ia menyaksikan sendiri, bagaimana televisi pemerintah menayangkan slogan anti Musharraf di parlemen. Disamping itu ia juga harus menerima keputusan Gilani, yang telah terpilih sebagai perdana menteri, tapi belum mulai memangku jabatannya untuk membebaskan hakim Iftikhar Chaudry yang dipecat dan dikenakan tahanan rumah oleh Musharraf.
Selain itu juga pemeriksaan secara hukum terhadap pemilihan Musharraf sebagai presiden telah disodorkan. Dengan demikian dapat dipertanyakan, berapa lama lagi Musharraf dalam kondisi seperti ini akan tetap memegang jabatannya seperti 'bebek lumpuh'.
Pemerintah baru Pakistan menerima warisan yang sulit. Masalah utama di bulan mendatang adalah menyangkut kondisi keamanan, di mana serangan bunuh diri menjadi ancaman di seluruh Pakistan. Sejauh ini, pemerintahan Gilani memiliki kepentingan sendiri dalam mengambil tindakan yang menentukan dalam memerangi terorisme.
Sementara itu, terutama Nawaz Sharif dalam memerangi terorisme menentang untuk berperan sebagai boneka Amerika Serikat. Ini tentunya akan dapat menyulut terjadinya konflik antara Washington dan Islamabad. Selama ini, negara Barat memberikan hak monopoli bagi Musharraf untuk memilih cara dan sarana dalam memerangi terorisme. Ini ternyata tidak berfungsi. Musharraf menyalahgunakan 'mandat ini' untuk kepentingannya sendiri. Dan di banyak bidang justru menghasut dan memancing terorisme. (ar)