Tindakan Brutal Militer Terus Berlangsung
9 November 2011Akibat kebrutalan yang tidak kunjung henti, Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle menyatakan, tekanan terhadap rejim Assad akan ditingkatkan dalam kerjasama dengan Liga Arab, jika pemerintah Suriah tidak menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri. Pada saat bersamaan, Westerwelle menyatakan tidak setuju dengan intervensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Suriah.
Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppé mengatakan dalam wawancara dengan harian "Al-Sharq Al-Awsat", gerakan demokrasi di Suriah tetap terpecah belah. Tetapi Dewan Nasional yang mengusahakan penyatuan oposisi kemungkinan bisa mendapat pengakuan internasional.
Liga Arab Gagal
Sejak Suriah menyetujui rencana perdamaian yang diusulkan Liga Arab sepekan lalu (Rabu, 02/11), lebih dari 60 orang tewas. Demikian dikatakan juru bicara Liga Arab, Ravina Shamdasani. Sedikitnya 19 orang tewas pada awal peringatan Idul Adha hari Minggu lalu (06/11). Situasi di Homs, yang menjadi salah satu markas oposisi, disebutnya mengerikan.
Sementara itu, tentara pemerintah melanjutkan gempuran terhadap warga yang membangkang. Kota Hama kembali menjadi sasaran serangan Selasa (08/11). Sebelumnya kota Homs mendapat gempuran militer. Demikian keterangan aktivis. Serangan di Hama menyebabkan tiga orang tewas dan belasan lainnya cedera. Seorang penentang rejim Assad mengatakan dalam wawancara dengan kantor berita DPA di Libanon, tentara pemerintah memasuki setiap rumah, juga menganiaya dan menangkap warga.
Aliran listrik diputus, dan telefon serta internet tidak berfungsi lagi. Di seluruh Suriah diberitakan 13 warga sipil tewas. Menurut aktivis hak asasi, delapan tentara tewas di provinsi Idlib. Diduga mereka dibunuh tentara pemerintah yang membelot. Akibat blokade pemerintah terhadap media, laporan yang diperoleh dari Suriah sulit diuji kebenarannya.
Perlawanan Warga Sipil
Dalam sebuah wawancara dengan media AS, CNN, Hanny Megally dari Badan Urusan Pengungsi PBB, UNHCR mengatakan, bahaya perang saudara semakin mengancam Suriah. "Memang bahaya itu semakin besar setiap harinya, tetapi jika orang melihat apa yang benar-benar terjadi di setiap kota, akan tampak jelas, bahwa militer dengan kekuatan besar menindak rakyat yang sebagian besar tidak bersenjata, yang mengadakan demonstrasi di jalan-jalan karena ingin perubahan." Demikian dijelaskan Megally.
Menurut Megally memang ada warga yang memperoleh senjata, dan semakin banyak tentara atau aparat keamanan yang membelot. Jadi perlawanan bersenjata mulai timbul, tetapi sebagian besar aksi protes di jalanan dilakukan warga sipil yang berani.
Seruan Oposisi
Dewan Nasional yang didirikan oposisi Suriah menyerukan warga untuk mengadakan aksi mogok Kamis besok (10/11) untuk memprotes tindakan brutal pemerintah. Langkah itu juga ditujukan untuk menekan Liga Arab agar lebih mendesak pemerintah untuk melindungi rakyat sipil. Penentang Assad juga menuntut Liga Arab untuk dengan jelas mengambil posisi menentang rejim Assad, bahkan mengeluarkan Suriah dari organisasi tersebut. Selain itu, sanksi-sanksi selanjutnya juga diperlukan.
Militer yang terus melancarkan kekerasan di beberapa kota menunjukkan bahwa pemerintah Suriah tidak mematuhi kesepakatan dengan Liga Arab yang sudah diputuskan pekan lalu. Oleh sebab itu, organisasi tersebut akan kembali berunding Sabtu mendatang (12/11) di Kairo.
dpa/afp/cnn/Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk