EU Jordanien Syrien
1 November 2008Ancaman pembunuhan dan penyiksaan membuat mereka menyelamatkan diri ke Yordania dan Suriah, tapi di dua negara tetangga itupun banyak pengungsi Irak yang hidup menyedihkan.
Mereka tinggal di garasi atau gudang bawah tanah, dimana satu kamar ditempati 10 orang. Tak ada yang mampu membayar dokter. Jika uang simpanan habis, mereka terpaksa kembali ke Irak dan menghadapi ancaman disiksa bahkan dibunuh.
Demikian gambaran organisasi bantuan mengenai kondisi para pengungsi Irak. Inilah waktu yang tepat untuk membawa yang paling terancam di antara mereka ke Eropa dan memberi mereka suaka. September lalu UE memutuskan untuk terlebih dulu mengirim tim penyelidik.
Ketika itu Menter Dalam Negeri Jerman Wolfgang Schäuble mengatakan, "Irak berusaha keras agar para pengungsi kembali ke tanah airnya. Itu yang terbaik. Menerima pengungsi untuk menetap di sebuah negara, tetap merupakan solusi terbaik kedua. Kami setuju dengan Badan Urusan Pengungsi PBB UNHCR bahwa hal itu bisa dilakukan, tapi kami masih harus mencermatinya dengan seksama. Ini dilakukan dengan persetujuan penuh.“
Kini dimulailah misi UE selama satu minggu di negara tetangga Irak, Suriah dan Yordan. Para ahli akan mencari tahu, dimana pengungsi didaftarkan dan bagaimana jaminan kesehatannya. Pegawai pemerintah Jerman ikut dalam tim. Laporan yang dihasilkan akan menjadi masukan bagi para mentri dalam negeri UE untuk mengambil keputusan.
Menteri Dalam Negeri Jerman sempat melontarkan prakarsa memberi suaka pengungsi Irak terutama yang beragama Kristen, tapi Schäuble kemudian mundur. Ia mengatakan, upaya Irak agar rakyatnya kembali ke tanah air, seharusnya tidak dihalangi.
Sebelumnya, PM Irak Nuri al-Maliki berulang kali menerangkan, situasi keamanan terus membaik. Tapi ini dibantah kalangan organisasi kemanusiaan, termasuk Bernd Mesovic dari Pro Asyl.
"Misi al-Maliki jelas untuk menarik investor dari luar negeri, termasuk dari Jerman. Tentu saja dia harus bilang situasi keamanan terus membaik. Memang di beberapa wilayah sedikit membaik, tapi situasi tetap genting terutama bagi kelompok minoritas, lebih-lebih minoritas non-muslim“, kata Mesovic.
Menurut organisasi kemanusiaan Pro Asyl, Yordania dan Surian menangung beban terlalu berat dengan menampung lebih dari 2 juta pengungsi Irak.
EU harus menerima pengungsi yang kondisinya paling buruk. Selain penganut agama minoritas, termasuk juga anak-anak, perempuan tanpa keluarga, wanita hamil, orang tua dan orang sakit. Jumlahnya diperkirakan mencapai 10 ribu orang. Angka ini dipandang tak akan memberatkan jika dibagi-bagi antara seluruh anggota UE.
Satu hal yang harus dingat para menteri dalam negeri Uni Eropa, masalahnya bukan memberi perlindungan sementara kepada para pengungsi, tetapi menyediakan tempat bermukim untuk selamanya di UE dan berintegrasi dengan masyarakat Eropa. (rp)