Upaya Penyelamatan Tsunami Mentawai Hadapi Rintangan
27 Oktober 2010Tim pencari dan penyelamat masih berjuang untuk mencapai pulau-pulau terpencil di kepulauan Mentawai, setelah upaya mereka untuk membantu evakuasi korban, Selasa (26/10) terhadang ombak besar. Sejumlah helikopter milik TNI dan Basarnas, Rabu (27/10), ikut diterjunkan dalam operasi pencarian korban.
Namun Sampai Rabu siang (27/10), dua hari setelah Tsunami menerjang, menurut Bupati Kepulauan Mentawai, Edison Saleuleubaja, puluhan jenazah belum bisa dievakuasi karena minimnya bala bantuan. Ia juga menerima laporan, bahwa Tsunami Senin malam (25/10) itu telah melenyapkan kampong Monte di kepulauan Mentawai.
Sejauh ini, informasi soal jumlah korban terutama korban hilang masih simpang-siur. Catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Barat menyebutkan, lebih dari 500 orang dinyatakan hilang.
Menurut Bupati Mentawai Edison Saleuleubaja, tidak tertutup kemungkinan mereka yang dilaporkan hilang masih mengungsi di perbukitan. Namun ia juga mengkhawatirkan kemungkinan jumlah korban bertambah banyak, karena masih ada belasan dusun yang belum terjangkau. Lebih jauh, Bupati Edison mengatakan, saat ini terdapat sekitar 20 ribu warga Mentawai yang mengungsi. Mereka membutuhkan tenda, makanan, selimut dan obat-obatan serta kantong mayat.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Sumatera Barat Harmensyah, upaya mengirimkan bantuan dari Kota Padang, hari Rabu (27/10) ini kembali dilakukan, setelah Selasa (26/10)kemarin dihadang cuaca buruk. Namun, ia mengakui butuh waktu lebih lama untuk sampai kamp pengungsi.
Sekitar 10 desa dilaporkan tersapu gelombang Tsunami akibat gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang melanda kepulauan yang dikenal sebagai tujuan surfing dunia itu.
Presiden Yudhoyono yang sedang mengikuti KTT ASEAN, di Hanoi, Vietnam mempersingkat kunjungan dan dijadwalkan akan meninjau lokasi bencana Kamis (28/100), setelah hari Rabu (27/10) ini Wakil Presiden Boediono dan sejumlah menteri terlebih dahulu berkunjung ke Mentawai.
Zaki Amrullah
Editor: Edith Koesoemawiria