1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

130509 Indien Wahlen Abschluss

14 Mei 2009

Koalisi partai berkuasa yang dipimpin Partai Kongres dinilai punya peluang menang tipis dalam pemilu India. Polling media tunjukan, tak ada partai menang telak.

https://p.dw.com/p/Hpoy
Antrian pemilih di salah satu TPS di MumbaiFoto: UNI

Partai-partai utama India mulai mencari mitra koalisi hari Kamis ini (14/05), usai pemilihan umum yang berakhir Rabu kemarin (13/5). Sehubungan dengan pemilu di India ini, Anil Maheshwari memiliki pengalaman luas. Ini tidak aneh. Sebagai pensiunan harian terbesar India, “The Hindustan Times“, ia dulunya bertanggung jawab untuk laporan politik. Mengenai pemilihan parlemen India tahun 2009 ini, Maheshwari berkomentar, "Di India, apapun bisa terjadi“

India merupakan satu-satunya negara di dunia yang menjadwalkan pelaksanaan pemilihannya selama satu bulan penuh, mulai 16 April lalu. Alasan-alasan keamanan dan organisatoris, menyebabkan pemilihan parlemen India tahun 2009 ini dilakukan dalam lima tahapan yang berdasarkan wilayah. Secara statistik, pemilihan di negara demokrasi terbesar dunia ini memang sulit digambarkan. Secara keseluruhan, sekitar 714 juta pemilih berhak memberikan suara mereka untuk 4.600 kandidat yang mewakili salah satu dari lebih 300 partai yang turut dalam pemilu. Ada lebih dari 820 ribu TPS, di mana terdapat lebih dari satu juta mesin elektronik penerima suara.

Menurut keterangan Komisi Pemilu India, pelaksaannya secara umum berlangsung lancar dan baik. Aksi teror seperti yang terjadi di Mumbai November 2008 lalu tidak terjadi. Namun sekitar 50 orang tewas dalam sejumlah bentrokan yang terkait dengan pemilu.

Polling yang dilancarkan sejumlah media, menunjukan bahwa ada peluang tipis untuk menang bagi koalisi partai berkuasa yang dipimpin oleh Partai Kongres, mengalahkan blok oposisi yang dipimpin partai Hindu, Bharatiya Janata Party, BJP. Namun keduanya tak dapat memerintah tanpa berkoalisi. Anil Maheshwari tak bersedia meramalkan hasil pemilu ini, bukan hanya karena hasil resmi penghitungan suara akan diumumkan Sabtu (16/5) mendatang.

Veteran politik harian "Hindustan Times" itu menilai, "Ketika BJP terakhir memerintah untuk lima tahun, kami melihat bahwa tak ada perbedaan antara BJP dan Partai Kongres. Dalam pemilu India yang terjadi hanya perubahan nama. Tidak lebih.“

Pemilu India kerap menunjukan betapa terpecah-belahnya politik negara itu. Isu nasional seperti keamanan dan kebijakan ekonomi yang digaungkan Partai Kongres dan BJP, tidak diperhatikan oleh pemilih. Bagi mereka yang lebih penting adalah isu lokal yang langsung dihadapi. Seperti ungkap seorang penjaja air minum, "Buat saya tak penting siapa yang menang. Orang miskin tetap miskin. Kami tidak punya cukup pangan, malah sering tak punya nasi. Saya hanya seorang penjaja air. Menurut saya, yang diperlukan itu pemerintah yang bisa menyelesaikan masalah kemiskinan rakyat.“

Mayoritas pemilih India tergolong miskin. Hal ini merupakan tantangan berat politik India, yang selama ini diwarnai banyak partai yang mementingkan kasta dan agama.

EK/DW/afpe/ap/dpa

Editor : Hendra Pasuhuk