1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Wahington Tepis Tuduhan Putin Soal Kaukasus

AG29 Agustus 2008

Terkait konflik Kaukasus, saling tuding antara Amerika Serikat dan Rusia tak menemukan akhir. Washington menyangkal keras tudingan Perdana Menteri Rusia Alexander Putin mengenai keterlibatan dalam konflik Kaukasus

https://p.dw.com/p/F7EG
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, kanan, dalam sebuah wawancara dengan CNN di Sochi, Rusia Kamis, 28 Agustus 2008Foto: AP

Di Amerika Serikat ketegangan meningkat dalam pembahasan sanksi terhadap Rusia. Tuduhan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin hari Kamis, bahwa pemerintah Amerika Serikat secara terselubung berperan dalam konflik Kaukasus membuat Washington berang. Jurubicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Robert Wood menyebutkan, bahwa tuduhan terhadap Amerika Serikat itu tidak berdasar dan tidak lucu.

Woods sekali lagi menegaskan bahwa Moskow harus menarik mundur seluruh pasukannya dari Georgia. Untuk mengakhiri konflik ini, Rusia harus memenuhi kesepakatan gencatan senjata dan berhenti menyalahkan pihak-pihak lain. Begitu tutur Woods: „Segala tuduhan bahwa Amerika Serikat yang memprovokasi konflik ini sama sekali tidak masuk akal. Kita harus jeli memberikan perhatian pada apa yang telah dilakukan oleh Rusia. Rusia masih menduduki sebagian Georgia dan ini merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang ditandatanganinya.“

Sebagai protes, pemerintah Amerika Serikat mempertimbangkan pembatalan kesepakatan nuklir dengan Rusia. Tapi apa persisnya yang membuat berang itu?

Dalam sebuah wawancara dengan televisi CNN, Perdana Menteri Rusia Alexander Putin mengatakan: „Ada indikasi bahwa sejumlah warga Amerika Serikat berada di kawasan pertempuran di Georgia. Bila hal ini sudah dikonfirmasi, maka situasinya akan sangat buruk dan sangat berbahaya. Apabila dugaan saya ternyata benar, maka akan muncul kecurigaan, bahwa seseorang di Amerika Serikat secara sengaja melakukan provokasi agar situasi memburuk dan salah seorang kandidat presiden Amerika ini mendapatkan keuntungan darinya.“

Konflik Georgia yang menewaskan ratusan warga sipil ini memang menjadi salah satu fokus perhatian kampanye kepresidenan Amerika Serikat. Pilihan sejumlah warga Amerika Serikat berubah setelah John McCain, kandidat oresiden dari kubu Republik, melontarkan kritikan keras terhadap keberadaan Rusia di Osetia Selatan. Selain itu, McCain juga mengirimkan dua orang konsultannya ke Georgia dan pekan ini istri McCain berkunjung ke Tiblisi.

Namun bukan saja Amerika Serikat yang menepis tuduhan Putin. Presiden Georgia Michael Saakhaschvili, yang sebagian negaranya masih diduduki Rusia pagi ini mengingatkan: „Bila Rusia dibiarkan bertindak seperti ini, mereka tidak akan berhenti dan akan terus melakukan hal yang sama di wilayah Eropa lainnya“

Georgia telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk menempatkan pasukan internasional danmelindungi perbatasannya. Parlemen di Tiblisi juga telah sepakat untuk memutuskan hubungan diplomatis dengan Rusia. Sementara Perancis sebagai Ketua Dewan Uni Eropa mengungkapkan kemungkinan menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Rusia. (ek)