1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070808 Exiltibeter Hungerstreik

7 Agustus 2008

Tidak lama lagi Olimpiade di Beijing akan dibuka. Bagi warga Tibet di pengasingannya di India, kini adalah waktu yang tepat untuk mengintensifkan protes mereka menentang kekuasaan Cina di Tibet.

https://p.dw.com/p/EsL5
Seorang perempuan Tibet di India yang turut demonstrasi boikot OlimpiadeFoto: AP

"Hentikan pembantaian di Tibet”, ratusan orang meneriakkan slogan-slogan itu di ibukota India, New Delhi. Sebagian besar demonstran mengenakan jubah khas biksu Budha berwarna merah tua.

"Apa yang berhak diterima rakyat Tibet dan Cina bukan Olimpiade, tapi kemerdekaan. Kebebasan beragama, untuk berkumpul dan kebebasan untuk memilih pemerintahnya sendiri,“ kata Tsewang Rigsin.

Rigsin adalah Presiden Kongres Pemuda Tibet. Sejak kerusuhan di Tibet bulan Maret lalu, organisasi tersebut menggelar sejumlah aksi protes di India, termasuk aksi mogok makan yang sudah dilakukan lebih dari sepekan, di bawah pengawasan polisi di kawasan pemerintahan di New Delhi. Enam pelaku aksi tersebut sama sekali tidak makan dan minum atau pun infus. Aksi tersebut cukup menyiksa, mengingat mereka melakukan di bawah teriknya matahari.

"Apa yang terjadi di Tibet adalah ketidakadilan, dan penderitaan warga Tibet sangat mengharukan," ujar seorang warga India yang ikut bergabung dalam aksi mogok makan tersebut.

Selain warga India tadi, lima biksu Budha terbaring di tenda mereka. Mereka merupakan penerus enam pelaku aksi mogok sebelumnya yang dibawa ke rumah sakit oleh polisi. Hal itu dilakukan polisi untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan para demonstran. Tapi tidak diketahui apakah enam pelaku aksi mogok tersebut melanjutkan aksinya di rumah sakit.

Kongres Pemuda Tibet memegang teguh tuntutan mereka. Tsewang Rigsin mengatakan, "Kami menuntut agar pemimpin dunia memboikot upacara pembukaan Olimpiade di Beijing. Kami menyerukan para atlet untuk mengembalikan medali yang dinodai darah tersebut dan berunjuk rasa sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Tibet. Saya meminta pertemuan dengan Presiden IOC supaya kami dapat memberitahukan pelanggaran hak azasi manusia yang baru terjadi di Tibet dan menyerukan masyarakat internasional untuk memboikot Olimpiade di Beijing.“

Banyak warga muda Tibet di pengasingan yang tergabung dalam Kongres Pemuda Tibet, walau pun banyak dari mereka tidak kenal tanah leluhurnya. Tuntutan mereka lebih berani ketimbang Dalai Lama yang sudah lama menyerah dalam menuntut pembebasan Tibet dan kini hanya meminta otonomi di wilayah itu. Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama beberapa bulan lalu menyerukan warganya untuk tidak melakukan aksi protes dengan kekerasan.(ls)