1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Tibet di India Berdemonstrasi

18 Maret 2008

Pemerintah Tibet dalam pengasingan di India mengingatkan terjadinya pembunuhan massal oleh aparat keamanan Cina di Tibet. Ultimatum Cina terhadap pelaku protes anti Cina untuk menyerahkan diri kepada polisi telah lewat.

https://p.dw.com/p/DQZo
Protes warga Tibet di Dharmsala, IndiaFoto: AP

Kebebasan dan keadilan. Itulah yang dituntut lebih dari seribu warga Tibet yang tinggal di pengasingan yang saat ini melakukan demonstrasi damai di New Delhi terhadap politik yang dilancarkan Cina di Tibet dan tindakan brutal dalam mengatasi protes di kawasan Himalaya tersebut. Dengan plakat-plakat demonstrasi mereka meminta berakhirnya penguasa asing di tanah airnya.

Di perwakilan Perwakilan Bangsa Bangsa di ibukota India, New Delhi, mereka menyerahkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon.

"Kami ingin berakhirnya pembunuhan dan pertumpahan darah yang dilakukan Cina. Jika hal itu terus terjadi, maka kami akan mengambil tindakan, karena negara kami berada dalam bahaya. Setiap hari semakin banyak warga Tibet yang tewas."

Demikian diserukan Tensing, yang merupakan tokoh pimpinan kongres remaja Tibet yang mengupayakan kemerdekaan Tibet. Ketua kongres tersebut,Tsewang Riksin, Senin (17/03), melontarkan kritik terhadap Dalai Lama. Pimpinan spiritual Tibet itu sebelumnya menekankan, ia hanya ingin otonomi lebih besar bagi tanah kelahirannya, dan juga menentang pemboykotan terhadap olimpiade musim panas yang akan digelar di Cina.

Meskipun demikian Dalai lama mengecam pemerintah Cina, yang menjalankan pemerintahan teror dan pembunuhan budaya suku bangsa.

"Stabilitas harus datang secara tulus, yang tidak dapat dipaksakan dengan kekerasan."

Namun politiknya yang moderat tampaknya semakin kurang bergema khususnya di kalangan kaum muda Tibet, yang tidak melihat adanya kemajuan setelah dialog dengan Beijing berjalan 6 tahun.

Pemerintah Tibet di pengasingan, seperti halnya Dalai Lama yang berada di utara India Daramshala, ingin mengetahui kematian sekitar 80 orang korban kerusuhan hari Jumat (14/03) dan mengingatkan akan terjadinya pembunuhan massal di Tibet. Senin (17/03), tepat tengah malam, ultimatum pemerintah Cina di Tibet kepada para demonstran untuk menyerahkan diri kepada polisi berakhir.

Di India tinggal sekitar 100.000 warga Tibet, jumlah terbesar dibanding di negara lainnya di kawasan itu. Setelah gagalnya pemberontakan melawan Cina tahun 1959 pemerintah India menawarkan tempat bagi para pengungsi. Sikap yang bukan hanya bersifat humaniter tapi juga politis, karena India saat itu juga terlibat sengketa perbatasan dengan Cina yang mencapai puncaknya dengan perang tahun 1962. Sejak beberapa tahun terakhir antara keduanya terjadi upaya pendekatan. Oleh sebab itu dalam mengeluarkan reaksi resmi India cukup menahan diri.

Menteri Luar Negeri Mukherjee menjelaskan, pemerintah India merasa prihatin atas kerusuhan dan kekerasan di Tibet dan meminta semua pihak untuk menyelesaikan konflik lewat jalur pembicaraan. Namun tidak sampai ada kecaman dari parlemen India, seperti yang diminta para tokoh politik oposisi. Karena menurut Menteri Luar Negeri Mukherjee, India berpegang pada politik tidak campur tangan urusan Cina.