1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

WHO Masih Tunggu Data Asal Usul COVID dari Cina

1 Januari 2025

Lima tahun sejak COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, badan kesehatan PBB WHO menyerukan Cina untuk “berbagi data dan akses sehingga kita dapat memahami asal usul” pandemi global itu.

https://p.dw.com/p/4ojDa
Pasar besar di Wuhan
Pasar besar di WuhanFoto: Noel Celis/AFP/Getty Images

Organisasi Kesehatan Dunia WHO masih menunggu pemerintah Cina memberikan data yang diperlukan untuk mengklarifikasi tahap awal pandemi COVID-19. "Kami terus menyerukan Cina untuk berbagi data dan akses sehingga kami dapat memahami asal usul COVID-19,” kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Senin (30/12).

"Ini merupakan keharusan moral dan ilmiah. Tanpa transparansi, berbagi, dan kerja sama antar negara, dunia tidak dapat mencegah dan mempersiapkan diri menghadapi epidemi dan pandemi di masa depan.”

Kementerian Luar Negeri di Beijing hari Selasa (31/12) menanggapi hal ini dengan mengatakan pihaknya telah berbagi informasi secara internasional "tanpa menahan apa pun,” sehingga telah memberikan "kontribusi besar” terhadap upaya memerangi pandemi ini.

"Lima tahun lalu… Cina segera membagikan informasi epidemi dan urutan kode gen virus kepada WHO dan komunitas internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning.

"Tanpa menahan diri, kami berbagi pengalaman pencegahan, pengendalian, dan pengobatan, sehingga memberikan kontribusi besar terhadap upaya komunitas internasional dalam memerangi pandemi,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers rutin.

Bagaimana COVID-19 Renggut Nyawa

Laboratorium di Wuhan timbulkan pertanyaan tentang asal usul virus

Para ilmuwan di seluruh dunia sepakat bahwa COVID-19 berasal dari kota Wuhan pada akhir tahun 2019. Pada beberapa bulan pertama pandemi ini, hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa virus tersebut mulai menyebar ke manusia setelah pertama kali menginfeksi hewan, kemungkinan besar kelelawar.

"Pasar basah" di Wuhan, tempat pembeli dapat membeli hewan hidup, dianggap sebagai tempat asal virus yang paling mungkin.

Namun, beberapa pihak berspekulasi bahwa virus tersebut bocor dari laboratorium penelitian virus corona di Wuhan atau bahkan dirilis sebagai senjata biologis. Presiden AS Donald Trump semasa pemerintahannya memperkuat isu "kebocoran laboratorium" itu dengan mengatakan bahwa ia telah melihat bukti kebocoran laboratorium, dan pejabat senior pemerintahannya mengulangi klaim tersebut.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

WHO akhirnya mengirim tim ke Wuhan untuk mengunjungi pasar basah dan laboratorium – di bawah pengamanan dan pengawasan ketat oleh pejabat Cina. Tetapi kunjungan tersebut gagal menghasilkan jawaban yang jelas.

Pada bulan Maret 2021, WHO dan para ahli Cina menerbitkan penelitian yang menganggap kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin" dan menyatakan bahwa SARS-CoV-2 kemungkinan besar berasal dari hewan, dan mengatakan bahwa "tidak ada kesimpulan pasti" yang dicapai mengenai peran pasar basah tersebut. Namun, hanya beberapa bulan kemudian, WHO meminta Cina mengaudit laboratorium bioteknologinya.

Beijing menanggapinya dengan marah, menolak permintaan tersebut dan mengecamnya sebagai tindakan yang menunjukkan sikap "tidak menghormati akal sehat dan arogansi terhadap sains."

Kebanyakan ilmuwan tolak gagasan kebocoran laboratorium

Pemerintahan Joe Biden di AS sempat memerintahkan penyelidikan intelijen terhadap teori kebocoran laboratorium. Laporan tersebut mengatakan penularan dari hewan ke manusia dan insiden di laboratorium merupakan "hipotesis yang masuk akal.” Namun, badan-badan intelijen "masih berbeda pendapat” mengenai kemungkinan besar asal mula COVID-19.

Mengomentari laporan pada Agustus 2021, Presiden Joe Biden mengatakan, Beijing "terus menolak seruan transparansi dan menyembunyikan informasi.”

"Informasi penting mengenai asal mula pandemi ini ada di Republik Rakyat Cina, namun sejak awal, pejabat pemerintahan telah berupaya mencegah penyelidik internasional dan anggota komunitas kesehatan masyarakat global untuk mengaksesnya,” tuding Biden.

Meskipun banyak laporan dari komunitas intelijen AS, dan berbagai penelitian ilmiah pada tahun-tahun berikutnya, masih belum ada jawaban yang pasti.

Sebuah survei para ahli yang diterbitkan pada Februari 2024 menemukan, sebagian besar ilmuwan percaya COVID muncul dari alam, namun sebagian kecil – sekitar 20% ilmuwan – berpendapat bahwa "kecelakaan terkait penelitian” adalah penyebab yang paling mungkin.

hp/as (dpa, afp)