1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Partai CDU Sikapi Bantuan Perang untuk Ukraina?

Rosalia Romaniec
13 Januari 2025

Partai Uni Kristen Demokrat bersikeras tetap berkomitmen mendukung bantuan militer untuk Ukraina. Namun minimnya pembahasan isu pertahanan dalam kampaye menunjukkan keraguan besar terhadap pengiriman senjata berat.

https://p.dw.com/p/4p6ik
Ketua Umum CDU, Friedrich Merz (ki.).
Ketua Umum CDU, Friedrich Merz (ki.).Foto: Michael Kappeler/picture alliance/dpa

Keamanan Jerman sedang dipertaruhkan di Ukraina, "jika Ukraina jatuh, maka akan ada ancaman serangan terhadap negara Uni Eropa lainnya," demikian bunyi program kampanye partai konservatif terbesar Jerman, Uni Kristen Demokrat, CDU.

Disebutkan juga, jaminan keamanan untuk Ukraina bisa diberikan Jerman, bersama dengan AS dan mitra NATO Eropa. Dengan demikian, partai yang diperkirakan akan menang besar dalam pemilu dini Februari nanti itu mengisyaratkan kesediaan untuk menjamin partisipasi Jerman dalam mengamankan kemungkinan gencatan senjata di Ukraina.

Tak seorang pun di CDU yang menyangkal bahwa kebijakan tersebut dapat berarti pengerahan tentara Jerman di Ukraina. Namun begitu, fungsionaris partai berkesan enggan membicarakan hal ini. Semakin konkret isu keamanan dan bantuan untuk Ukraina, semakin kecil pula kemungkinannya untuk memenangkan suara pemilih.

CDU terbelah soal rudal Taurus

Belum jelas, bagaimana CDU akan bersikap soal permintaan Ukraina terhadap sistem peluru kendali berdaya jelajah 500 kilometer. Keraguan terbesar selama ini datang dari Jerman Timur dan negara bagian Bayern. Pun, Kanselir Olaf Scholz(SPD) menolak dengan alasan bahwa Taurus bisa dipakai untuk menembak sasaran vital di ibu kota Moskow, dan akibatnya memanaskan perang lebih lanjut. Repotnya, Amerika Serikat, Inggris dan Prancis juga telah memasok peluru kendali jarak menengah untuk Ukraina.

Sikap Jerman menolak terseret langsung ke medan perang Ukraina juga dikemukaan Perdana Menteri Bayern Markus Söder dari Uni Kristen Sosial, CSU, yang berkoalisi dengan CDU. Dia mengelak pertanyaan DW tentang pengiriman Taurus ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa keputusan ini akan diserahkan kepada kanselir berikutnya.

"Publik menjadi percaya bahwa pengiriman senjata memicu perang, sementara penghentian pengiriman memperlambatnya," jelas Thomas Erndl, pakar kebijakan luar negeri dan pertahanan untuk CSU, dalam wawancara dengan DW. "Kita berhadapan dengan situasi seperti ini."

Scholz refuses to match US on long-range weapons for Ukraine

Kandidat kanselir CDU/CSU, Friedrich Merz, telah secara terbuka menyatakan kesediaannya untuk memasok Taurus. Akan tetapi, pengirimannya harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan mitra NATO Eropa. Dua partai lain bersikap lebih jelas, Partai Liberal Demorat, FDP, menulis bahwa mereka mendukung "pengiriman segera rudal jelajah Taurus," sementara SPD, yang masih berkuasa, dengan jelas menentang.

CDU ingin tambah anggaran pertahanan

Seberapa tegas pemerintah baru di Berlin akan bertindak terutama bergantung pada dua faktor. Yang pertama adalah dinamika yang akan terjadi setelah 20 Januari, ketika Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya. Dengan Trump, Jerman kemungkinan akan menghadapi tekanan besar secara ekonomi, terlebih dalam hal kebijakan keamanan.

Artinya, keputusan harus dibuat lebih cepat dan lebih banyak uang akan dibutuhkan, kata seorang fungsionaris CDU dari Jerman Timur kepada DW dengan nada jengkel: "Jika gencatan senjata di Ukraina terjadi, kita yang harus membayarnya." Terutama di Jerman timur, kaum populis AfD dan BSW sangat sukses dengan sikap yang pro-Rusia.

Terkait dengan anggaran pertahanan, posisi CDU lebih jelas. Tuntutan Trump sebesar lima persen dari PDB untuk pertahanan ditolak, dengan menunjukkan bahwa bahkan AS tidak menghabiskan dana sebanyak itu. Dua persen yang disepakati negara-negara NATO sebagai target juga dimasukkan dalam program kampanye pemilu sebagai jumlah minimum untuk Jerman. CSU bahkan menganjurkan tiga persen, diduga sebagai sinyal kepada industri senjata Jerman.

Siapa akan jadi mitra koalisi?

Faktor kedua yang menjadi dasar kebijakan keamanan Jerman adalah hasil pemilu. "Jika CDU/CSU memerintah bersama SPD, isu keamanan akan terus didorong dengan rem tangan terpasang," prediksi Gustav Gressel, pakar keamanan di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa. Dia tidak memperkirakan kaum pragmatis seperti Menteri Pertahanan Boris Pistorius akan mendominasi SPD di masa mendatang.

Politisi yang memiliki kekhawatiran lebih mungkin akan berpartisipasi dalam pemerintahan dan "melanjutkan 'kebijakan perdamaian', yang sebenarnya adalah 'populisme perdamaian'," kata Gressel. "SPD kemudian akan kembali ke posisi lamanya dan mencoba menjauhkan diri dari mitra koalisinya yang lebih besar dengan menggunakan strategi ketakutan - seperti yang dilakukannya pada pemerintahan saat ini'."

Ukraine pushes allies to lift ban on long-range arms

Mereka dapat menerima dukungan dari kelompok pro-Rusia yang juga ada di CDU, kata Gressel, terutama di wilayah timur dan di Bayern. Namun pakar tersebut juga meyakini bahwa kritikus internal Friedrich Merz lainnya kemungkinan akan menentang pemerintahan yang dipimpin Merz dalam masalah kebijakan luar negeri dan keamanan. Tepat di bagian inilah banyak penentang koalisi dengan Partai Hijau dapat ditemukan.

Prospek koalisi CDU dan Partai Hijau

Koalisi CDU/Partai Hijau dapat dengan cepat membawa Jerman ke posisi terdepan dalam kebijakan keamanan. Partai Hijau telah mengubah arah kebijakan keamanan hingga 180 derajat paling lambat sejak serangan Rusia terhadap Ukraina. Padahal, partai tersebut memiliki banyak penganut paham pasifis dan sebelumnya tegas menolak pengiriman senjata ke wilayah krisis. Saat ini mereka merupakan salah satu pendukung terbesar bantuan militer ke Ukraina, termasuk pasokan sistem persenjataan modern.

Rudal jelajah Taurus "bukan pengubah permainan,” kata pakar keamanan Gressel. Namun senjata itu kini menjadi simbol ketakutan Jerman untuk terlibat dalam perang Ukraina. Olaf Scholz "sengaja memicu ketakutan di kalangan penduduk dengan argumen-argumen yang dibuat-buat selama perdebatan Taurus," kata Gressel. Hal ini membuat perdebatan yang objektif menjadi sulit.

Ada sedikit keraguan di kalangan para ahli dan juga di kubu konservatif bahwa Jerman, dengan Friedrich Merz sebagai Kanselir, tetap akan menyerahkan Taurus ke Ukraina. Namun, bahkan di luar perdebatan tentang pengiriman senjata, Merz merumuskan klaim yang berbeda dari Scholz: "Jika Jerman tidak mengambil peran kepemimpinan di Eropa, maka kita lemah," katanya.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait